Kisah kala ke Malaka
Awalan
Adalah sebuah Kabupaten di sisi timur Indonesia,
Malaka
Perjalanan terpanjang semasa dinas luar yang pernah ku tempuh.
Semua kisah bermula ketika pencetusan acara Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) Tahun 2019
Ketika mendengar acara BELKAGA tahun ini akan segera di laksanakan, aku sangat antusias
Karena, masih jelas ku ingat pengalaman dinas tahun lalu di acara tersebut di ujung timur Indonesia
Sorong, kala itu
Sangat meriah, dan penuh dengan senyum bahagia yang masih tersemat di dalam pikiran ini
BELKAGA Tahun 2019 kali ini pun memilih Indonesia bagian timur sebagai wilayah kehormatan
Adalah Malaka, yang mana kabupaten dengan transport menujunya yang cukup menguras waktu dan tenaga
Saat di ceritakan perjalanan yang harus ditempuh yaitu meliputi pesawat kecil dan jalan darat, aku sempat ragu
Tapi, kapan lagi akan dapat kesempatan seperti ini, katanya
Tapi, aku ingin menghadiri acara ini lagi di tahun terakhir ibu Nila, kataku
Setelah diyakinkan berulang kali, dan negosiasi mengenai itinerary yang cukup panjang,
akhirnya aku pun berangkat
Cerita ini baru akan dimulai,
Intro yang cukup panjang, semoga dimaafkan
Kisah kala ke Atambua
Kamis, 3 Oktober 2019
Perjalanan di mulai dengan keberangkatanku dari Jakarta seorang diri
Maskapai burung orange yang terbang dini hari adalah pilihan untukku dari sang pimpinan
Tidur hanya 1 jam, aku pun menuju bandar udara pada tengah malam
Tepat pukul 01.01, tiba di Bandara
Dengan mata sembab setelah menangis (karena alasan pribadi), dan kantuk yang lumayan hebat, aku menghabiskan waktu menunggu waktu boarding dengan mampir ke minimarket untuk membeli es coklat dan mengisi perut dengan sedikit makanan di restoran fast food yang masih buka, khawatir terlewatkan makanan di pesawat
Pukul 01.57, penumpang Batik ID 6540 menuju Kupang pun dipanggil untuk segera memasuki pesawat
Ada yang aneh kala itu, kami dibawa dengan bus keluar dari Terminal 2, perjalanan yang cukup lama dan menghambat waktu boarding
Pesawat pun take off menuju Kupang
Aku langsung terlelap, walau sama sekali tidak nyenyak
Sedikit-sedikit kesadaran ini kembali karena posisi tidur yang kurang nyaman
Benar saja prediksiku, sekitar pukul setengah lima kami dibangunkan untuk menyantap "sarapan"
Sebenarnya kalau boleh berpendapat, hal ini sangat menyebalkan
Mengapa memaksa membangunkan penumpang yang tengah terlelap untuk makan?
Letakkan saja makanannya di meja, atau, skip saja hingga penumpang tersebut terbangun dan memanggil
(oke, kembali ke kisah)
Pukul 06.33 WITA, pesawat mendarat dengan mulus di Kupang
Welcome to Kupang, ujarku mencoba menghibur diri sendiri
Melalui counter transit, aku kembali menunggu pesawat kecil yang akan membawaku ke Atambua
Ya, dari Kupang aku harus melanjutkan perjalanan dengan pesawat ATR ke Atambua
Malaka? Masih jauh ceritanya
Pukul 08.02 WITA, penumpang wings air IW 1933 pun dipanggil untuk memasuki pesawat
Belum take off, aku sudah terlelap
Sepertinya mulai lelah he he
Kami pun mendarat dengan (katanya) kurang mulus pada pukul 09.08 WITA
Setibanya disana, aku sudah dijemput oleh partner dinasku yang sudah berangkat duluan pada hari sebelumnya
Atambua panas, sangat panas
Tapi baru ku sadari setelah tiba di Jakarta, bahwa ibukota ini lebih panas, lengkap dengan polusi
Selesai melakukan koordinasi pengaturan penjemputan Ibu dan persiapan perjalanan ke Malaka, sore hari, kami sempatkan untuk melihat-lihat Atambua
Cerita explore ini akan ku urai pada feed lainnya
Malam hari aku pun menginap di sebuahhotel yang mana sebenarnya cukup nyaman (kecuali bagian kamar mandi dan kunci kamar), terbukti aku bisa tidur lelah hingga pagi menjelang (atau karena aku lelah?).
Kisah kala ke Malaka
Jum'at, 4 Oktober 2019
Pagi terbangun dengan rasa lelah yang masih menempel, mungkin akibat penerbangan dini hari dan perjalanan yang ku tempuh
Namun rasa kantuk sudah tidak terlalu mengganggu
Sarapan pun di skip karenahotel ini tidak menyediakan fasilitas sarapan, dan aku tampaknya terlalu lelah untuk keluar mencari sepotong roti
Persiapan ke Bandara untuk mempersiapkan rangkaian kendaraan menuju Kabupaten Malaka dan bersiap menyambut Ibu dan rombongan
Setelah jum'atan, Ibu tiba disambut oleh NS tim maupun individu yang sangat tampak sumringah dapat bertemu dengan Ibu
Setelah beramah tamah dan sesi foto serta selfie, kami pun siap menuju Kabupaten Malaka
Perjalanan cukup panjang, kurang lebih dua jam
Kala itu aku menumpang di row belakang mobil patwal yang mengkawal perjalanan kami
Jalan yang berkelok kelok dan kurang halus harus kami tempuh selama dua jam
Saya ulangi, dua jam
Saat itu yang ada di dalam pikiran hanyalah, oke semangat, besok harus menempuh jalan ini lagi
Tanpa ada terlintas bayangan bahwa perjalanan yang lebih memabukkan menunggu di depan...
Tiba di Malaka, kami singgah sebentar di rumah dinas Bupati Malaka
Disana, kami disambut dengan sangat ramah dan megah
Berbagai hidangan disiapkan oleh tuan rumah
lengkap dengan berbagai adat berupa tarian, musik dan selamat datang
Sebagai komitmen Bupati Malaka terhadap kesehatan, diadakan pembentukan tapak kaki Menkes dan para pejabat pendamping yang akan dijadikan sebagai taman kesehatan di Malaka
Selesai jamuan sembari mengistirahatkan diri sejenak di rumah dinas, perjalanan dilanjutkan menuju Lapangan Umum Kota Betun untuk acara puncak
Tiba di tempat acara, penyambutan lebih ramah dan megah lagi
Ini versi upgrade nya Belkaga tahun lalu banget nih, batinku
Ribuan orang memenuhi lapangan, tampak wajah mereka masih sangat bersemangat walaupun matahari sudah hampir terbenam
Tarian, sajian, dan nyanyian
Acara berlangsung sekitar 2 jam
Selesai acara di lapangan, kami pun kembali menuju rumah dinas Bupati Malaka untuk melanjutkan agenda kedua yaitu dialog bersama Bupati dan masyarakat Malaka, setelah makan malam tentunya
Di tengah-tengah makan malam, berita mengejutkan datang
"Ibu mau kembali ke Kupang naik mobil malam ini"
deg deg serrr
kaget
kaget
kaget
gak ding, lebay
Seketika situasi cukup ramai bagi protokol yang bertugas
Satu orang koordinasi untuk perjalanan dan keamanan di jalan, yang lain mengurus tempat transit di Kupang, yang lainnya lagi mengurus tiket baru dan yang harus direlakan hangus
Sampai sekitar pukul 22.00 WITA, acara dialog selesai
dan kami pun menuju ke Kupang dengan menempuh jalan darat yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupku (dan sepanjang memori ingatanku..)
(to be continue....)
Adalah sebuah Kabupaten di sisi timur Indonesia,
Malaka
Perjalanan terpanjang semasa dinas luar yang pernah ku tempuh.
Semua kisah bermula ketika pencetusan acara Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) Tahun 2019
Ketika mendengar acara BELKAGA tahun ini akan segera di laksanakan, aku sangat antusias
Karena, masih jelas ku ingat pengalaman dinas tahun lalu di acara tersebut di ujung timur Indonesia
Sorong, kala itu
Sangat meriah, dan penuh dengan senyum bahagia yang masih tersemat di dalam pikiran ini
BELKAGA Tahun 2019 kali ini pun memilih Indonesia bagian timur sebagai wilayah kehormatan
Adalah Malaka, yang mana kabupaten dengan transport menujunya yang cukup menguras waktu dan tenaga
Saat di ceritakan perjalanan yang harus ditempuh yaitu meliputi pesawat kecil dan jalan darat, aku sempat ragu
Tapi, kapan lagi akan dapat kesempatan seperti ini, katanya
Tapi, aku ingin menghadiri acara ini lagi di tahun terakhir ibu Nila, kataku
Setelah diyakinkan berulang kali, dan negosiasi mengenai itinerary yang cukup panjang,
akhirnya aku pun berangkat
Cerita ini baru akan dimulai,
Intro yang cukup panjang, semoga dimaafkan
Kisah kala ke Atambua
Kamis, 3 Oktober 2019
Perjalanan di mulai dengan keberangkatanku dari Jakarta seorang diri
Maskapai burung orange yang terbang dini hari adalah pilihan untukku dari sang pimpinan
Tidur hanya 1 jam, aku pun menuju bandar udara pada tengah malam
Tepat pukul 01.01, tiba di Bandara
Dengan mata sembab setelah menangis (karena alasan pribadi), dan kantuk yang lumayan hebat, aku menghabiskan waktu menunggu waktu boarding dengan mampir ke minimarket untuk membeli es coklat dan mengisi perut dengan sedikit makanan di restoran fast food yang masih buka, khawatir terlewatkan makanan di pesawat
Pukul 01.57, penumpang Batik ID 6540 menuju Kupang pun dipanggil untuk segera memasuki pesawat
Ada yang aneh kala itu, kami dibawa dengan bus keluar dari Terminal 2, perjalanan yang cukup lama dan menghambat waktu boarding
Pesawat pun take off menuju Kupang
Aku langsung terlelap, walau sama sekali tidak nyenyak
Sedikit-sedikit kesadaran ini kembali karena posisi tidur yang kurang nyaman
Benar saja prediksiku, sekitar pukul setengah lima kami dibangunkan untuk menyantap "sarapan"
(oke, kembali ke kisah)
Pukul 06.33 WITA, pesawat mendarat dengan mulus di Kupang
Welcome to Kupang, ujarku mencoba menghibur diri sendiri
Melalui counter transit, aku kembali menunggu pesawat kecil yang akan membawaku ke Atambua
Ya, dari Kupang aku harus melanjutkan perjalanan dengan pesawat ATR ke Atambua
Malaka? Masih jauh ceritanya
Pukul 08.02 WITA, penumpang wings air IW 1933 pun dipanggil untuk memasuki pesawat
Belum take off, aku sudah terlelap
Sepertinya mulai lelah he he
Kami pun mendarat dengan (katanya) kurang mulus pada pukul 09.08 WITA
Setibanya disana, aku sudah dijemput oleh partner dinasku yang sudah berangkat duluan pada hari sebelumnya
Atambua panas, sangat panas
Tapi baru ku sadari setelah tiba di Jakarta, bahwa ibukota ini lebih panas, lengkap dengan polusi
Selesai melakukan koordinasi pengaturan penjemputan Ibu dan persiapan perjalanan ke Malaka, sore hari, kami sempatkan untuk melihat-lihat Atambua
Cerita explore ini akan ku urai pada feed lainnya
Malam hari aku pun menginap di sebuah
Kisah kala ke Malaka
Jum'at, 4 Oktober 2019
Pagi terbangun dengan rasa lelah yang masih menempel, mungkin akibat penerbangan dini hari dan perjalanan yang ku tempuh
Namun rasa kantuk sudah tidak terlalu mengganggu
Sarapan pun di skip karena
Persiapan ke Bandara untuk mempersiapkan rangkaian kendaraan menuju Kabupaten Malaka dan bersiap menyambut Ibu dan rombongan
Setelah jum'atan, Ibu tiba disambut oleh NS tim maupun individu yang sangat tampak sumringah dapat bertemu dengan Ibu
Setelah beramah tamah dan sesi foto serta selfie, kami pun siap menuju Kabupaten Malaka
Perjalanan cukup panjang, kurang lebih dua jam
Kala itu aku menumpang di row belakang mobil patwal yang mengkawal perjalanan kami
Jalan yang berkelok kelok dan kurang halus harus kami tempuh selama dua jam
Saya ulangi, dua jam
Saat itu yang ada di dalam pikiran hanyalah, oke semangat, besok harus menempuh jalan ini lagi
Tanpa ada terlintas bayangan bahwa perjalanan yang lebih memabukkan menunggu di depan...
Tiba di Malaka, kami singgah sebentar di rumah dinas Bupati Malaka
Disana, kami disambut dengan sangat ramah dan megah
Berbagai hidangan disiapkan oleh tuan rumah
lengkap dengan berbagai adat berupa tarian, musik dan selamat datang
Sebagai komitmen Bupati Malaka terhadap kesehatan, diadakan pembentukan tapak kaki Menkes dan para pejabat pendamping yang akan dijadikan sebagai taman kesehatan di Malaka
Selesai jamuan sembari mengistirahatkan diri sejenak di rumah dinas, perjalanan dilanjutkan menuju Lapangan Umum Kota Betun untuk acara puncak
Tiba di tempat acara, penyambutan lebih ramah dan megah lagi
Ini versi upgrade nya Belkaga tahun lalu banget nih, batinku
Ribuan orang memenuhi lapangan, tampak wajah mereka masih sangat bersemangat walaupun matahari sudah hampir terbenam
Tarian, sajian, dan nyanyian
Acara berlangsung sekitar 2 jam
Selesai acara di lapangan, kami pun kembali menuju rumah dinas Bupati Malaka untuk melanjutkan agenda kedua yaitu dialog bersama Bupati dan masyarakat Malaka, setelah makan malam tentunya
Di tengah-tengah makan malam, berita mengejutkan datang
"Ibu mau kembali ke Kupang naik mobil malam ini"
deg deg serrr
kaget
kaget
kaget
gak ding, lebay
Seketika situasi cukup ramai bagi protokol yang bertugas
Satu orang koordinasi untuk perjalanan dan keamanan di jalan, yang lain mengurus tempat transit di Kupang, yang lainnya lagi mengurus tiket baru dan yang harus direlakan hangus
Sampai sekitar pukul 22.00 WITA, acara dialog selesai
dan kami pun menuju ke Kupang dengan menempuh jalan darat yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupku (dan sepanjang memori ingatanku..)
(to be continue....)
Comments
Post a Comment